Senin, 22 Desember 2008

sahabat pendidikan itu bernama komesialisasi

SAHABAT PENDIDIKAN ITU BERNAMA KOMERSIALISASI

Oleh : Yogi prima danu ( Mahasiswa FISIP angkatan 2007 )

Belum lama ini kita telah sama-sama mengetahui bahwa tahun ajaran baru 2008/2009 telah dimulai.Seiring dengan bergulirnya tahun ajaran baru,tak jarang pula kita temui disudut-sudut kampus mahasiswa yang meminta penundaan pembayaran biaya kuliah karena ketiadaan biaya dari keluarga.Atau adik-adik kita yang masih duduk di bangku sekolahan yang sulit untuk membeli buku-buku pelajaran,belum lagi tentunya uang ini dan uang itu dari pihak sekolah tentunya.Yang lebih “miris” lagi rasanya tidak jarang bahwa kita menemui teman-teman mahasiswa yang putus kuliah atau adik-adik yang duduk di bangku sekolahan yang putus sekolah karena ketiadaan biaya dari keluarga.Padahal mereka adalah generasi muda harapan bangsa yang memiliki jutaan cita-cita yang tinggi dan luhur,tapi amat disayangkan sekali jutaan cita- cita tinggi dan luhur tersebut harus berguguran ditengah kegersangan dunia pendidikan Indonesia saat ini yang diterpa siklus komersialisasi secara terus-menerus.

Pendidikan yang mahal di Indonesia saat ini harus kita akui telah menjadi fenomena social di Indonesia pada saat ini.Di banyak daerah dan kota-kota di Indonesia,kita bias menemukan dengan gambling banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang mematok “banderol”kepada para peserta didiknya.Mulai dari TK,SD,SLTP,SLTA,hingga perguruan tinggi negeri maupun swasta.Sudah menjadi dalih yang mumpuni tampaknya bagi lembaga penyelenggara pendidikan,bahwa untuk mencapai kualitas pendidikan yang Qualifight,harus didukung dengan berbagai hal,termasuk dana segar yang dikuras dari kantong orangtua peserta didik.

Sementara itu disisi lain,kita masih bisa menemukan banyak generasi muda yang meiliki potensi,tapi teramat disayangkan karena mereka berasal dari kalangan duafa, mimpi untuk mengecap pendidikan yang pantas hanyalah sebuah angan-angan yang entah kapan kesampaian.Melihat fenomena ini,pantas saja timbul fameo bahwa pendidikan yang layak hanya bisa dirasakan oleh mereka yang memiliki “modal”.

Disisi lain kita layak memberikan beberapa pertanyaan kritis kepada segenap pihak yang memiliki tanggungjawab penuh terhadap dunia pendidikan,baik pemerintah,instansi-instansi yang terkait(penyelenggara pendidikan),maupun kita sebagai anggota masyarakat yang mencermati pasang surut dunia pendidikan Indonesia saat ini.Ada beberapa hal yang teramat mangganjal bagi penulis untuk kita utarakan terhadap mahalnya pendidikan di Indonesia hari ini.

* Pertama.Apakah dengan diadakannya proses pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan generasi muda dalam berbagai disiplin ilmu guna menghadapi tantangan masa depan demi kesinambungan bangsa Indonesia di masa yang akan datang,atau proses pendidikan bertujuan sebagai sebuah komoditi yang dikomersialisasi untuk tujuan profit …?

* Kedua,Apakah pantas kiranya pada saat ini, dimana masih teramat banyak masyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan,kemudian dibebani lagi dengan problem mahalnya pendidikan bagi anank-anak mereka …?

* Ketiga,Sudah optimalkah perhatian pemerintah besrta instansi-instansi terkait (penyelenggara pendidikan) terhadap permasalahan pendidikan…?

* Keempat,Apakah mungkin dengan “komersialisai” pendidikan saat ini akan mampu melahirkan generasi penerus harapan bangsa yang memiliki kapabilitas sumber daya manusia,qualifight,dan cerdas…?

* Kelima,Apakah mungkin masa depan suatu bangsa akan menapaki hari-hari yang cerah tanpa diawaki oleh generasi penerus yang memiliki kapabilitas sumberdaya manusia,qualifight,dan cerdas dalam menghadapi tantangan-tantangan global masa yang akan datang…?

Idealnya,siapapunyang akan menjawab beberapa pertanyaan tersebut pasti memiliki persepsi dan asumsi yang berbeda,karena ditinjau dari sudut pandang yang berbeda pula.

Akan tetapi, dalam hal menyikapi permasalahan mahalnya pendidikan di Indonesia saat ini yang diakibatkan oleh komersialisai pendidikan,penulis fakir tidak ada salahnya apabila penulis menguraikan asumsi yang penulis miliki,siapa tahu nantinya bisa kita cermati secara seksama nantinya.

Pertama, Penulis berasumsi bahwa sejatinya bahwa proses pendidikan diadakan untuk mencerdaskan para peserta didik dan menfasilitasi peserta didik untuk mencapai cita-cita, yang tentunya hal ini nanti bisa diharapkan bagi kemaslahatan indifidu peserta didik, masyarakat,maupun nusa dan bangsa. Sehingga kita perlu mengetahui bahwa kegiatan yang bertujuan untuk mengharapkan profituntuk mendatangkan kesejahteraan lebih pantas diadakan pada kegiatan-kegiatan ekonomi,seperti perdangan,bisnis,pengadaan barang/jasa, dan sebagainya. Sehingga penulis berpendapat bahwa diadakannya proses pendidikan tidak bertujuan untuk dikomersialisasikan.

Kedua,Segenap masyarakat Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak untuk kehidupan yang layak sebagai manifestasi sila ke lima Pancasila yang berbunyi keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia,tak perduli baik dari kalangan ekonomi menengah keatas maupun dari saudara-saudara kita yang dhuafa.Sehingga dengan kata lain bahwa komersialisasi pendidikan di Indonesia harus dihapuskan dari bumi Indonesia,karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan serta tidak sesuai denganPancasila dan amanat UUD 1945”.

Ketiga,Pemerintah harus bisa menjalankan seluruh amanat UUD 1945 ,termasuk mengamalkan seluruh butir pasal 31bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan,baik secara pengadaan,pembiayaan,pemerataan pendidikan yang layak bagi seluruh masyarakat Indonesia,serta memajukan pendidikan Indonesia.Tidak hanya dalam tataran konsep,tetapi harus direfleksikan dalam kenyataan lapangan!...

Disisi lain, penyelenggara pendidikan harus bisa mencari terobosan yang kreatif dan inofatif guna memenuhi kebutuhan proses pendidikan,bukannya menaikkan biaya pendidikan yang nyata-nyata telah membuat keresahan di hati masyarakat Indonesia.

Dalam hal ini kita bisa mengambil pelajaran kepada masa lalu.Pada masa penjajahan colonial asing di Indonesia,kita sama-sama mengetahui bahwa banyak Pesantren atau sekolah pada saat itu tidak memungut biaya kepada para peserta didiknya, karena tujuan dari lembaga - lembaga pendidikan saat itu memang benar-benar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang telah diperbodoh dan dikebiri oleh kaum imperialis selama berabad-abad lamanya.

Untuk memenuhi kebutuhan proses pendidikan tanpa pungutan dari peserta didik,banyak pesantren maupun sekolah yang memiliki sawah,ladang, ternak, toko –toko ,maupun unit-unit usaha lainnya yang berhasil melahirkan generasi generasi yang memiliki kapabilitas SDM, qualifight, dan cerdas seperti Ir.Soekarno, Dr.Moh.Hatta, Dr.Moh.Yamin, Prof.Dr. Buya Hamka, M.Natsir, Tan Malaka, dan masih banyak tokoh-tokoh Indonesia yang lainnya,yang diakui kualitasnya oleh dunia internasional pada saat itu.

Yang pantas kita pertanyakan sekarang adalah, “Apabila pada masa lalu,dengan segala keterbatasan yang dimiliki,lembaga pendidikan bisa menghasilkan generasi yang berkualitas tanpa adanya komersialisasi pendidikan,so,bagaimana dengan lmbaga pendidikan hari ini ..???

Keempat,Apabila komersialisasi pendidikan masih ada,maka hasil yang akan diraih dari komersialisasi pendidikan berupa profit bagi para kalangan yang bermain dalam dunia komersialisasi pendidikan,sehingga cita-cita mencerdaskan bangsa hanya bisa diibaratkan dengan ungkapan “jauh panggang dari api”.Artinya keinginan untuk mewujudkan generasi penerus yang berkualitas masih jauh dari yang diharapkan apabila komersialisasi pendidikan masih senantiasa hidup membudaya disekitar kehidupan masyarakat Indonesia.

Kelima,Kesinambungan hidup suatu bangsa akan sangat bergantung kepada kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh generasi penerus.Generasi penerus yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik tidak akan mungkin diraih tanpa disuplai oleh kualitas dunia pendidikan yang bagus.Kualitas pendidikan yang bagus seharusnya bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.Dan seluruh lapisan masyarakat baru akan bisa merasakan nikmatnya pendidikan apabila “Komersialisasi pendidikan” dijadikan sebagai musuh bersama guna mewujudkan generasi muda yang berkualitas sebagai pewaris kesinambungan bangsa Indonesia di masa yang akan dating.

Penutup.

Demikianlah sedikit problematika yang baru bisa penulis sajikan dalam bentuk tulisan,semoga bermanfaat bagi kita semua, akhir kata Billahi taufiq wal_hidaayah wassalamu’alaykum ww

Tidak ada komentar:

Posting Komentar