Senin, 22 Desember 2008

sahabat pendidikan itu bernama komesialisasi

SAHABAT PENDIDIKAN ITU BERNAMA KOMERSIALISASI

Oleh : Yogi prima danu ( Mahasiswa FISIP angkatan 2007 )

Belum lama ini kita telah sama-sama mengetahui bahwa tahun ajaran baru 2008/2009 telah dimulai.Seiring dengan bergulirnya tahun ajaran baru,tak jarang pula kita temui disudut-sudut kampus mahasiswa yang meminta penundaan pembayaran biaya kuliah karena ketiadaan biaya dari keluarga.Atau adik-adik kita yang masih duduk di bangku sekolahan yang sulit untuk membeli buku-buku pelajaran,belum lagi tentunya uang ini dan uang itu dari pihak sekolah tentunya.Yang lebih “miris” lagi rasanya tidak jarang bahwa kita menemui teman-teman mahasiswa yang putus kuliah atau adik-adik yang duduk di bangku sekolahan yang putus sekolah karena ketiadaan biaya dari keluarga.Padahal mereka adalah generasi muda harapan bangsa yang memiliki jutaan cita-cita yang tinggi dan luhur,tapi amat disayangkan sekali jutaan cita- cita tinggi dan luhur tersebut harus berguguran ditengah kegersangan dunia pendidikan Indonesia saat ini yang diterpa siklus komersialisasi secara terus-menerus.

Pendidikan yang mahal di Indonesia saat ini harus kita akui telah menjadi fenomena social di Indonesia pada saat ini.Di banyak daerah dan kota-kota di Indonesia,kita bias menemukan dengan gambling banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang mematok “banderol”kepada para peserta didiknya.Mulai dari TK,SD,SLTP,SLTA,hingga perguruan tinggi negeri maupun swasta.Sudah menjadi dalih yang mumpuni tampaknya bagi lembaga penyelenggara pendidikan,bahwa untuk mencapai kualitas pendidikan yang Qualifight,harus didukung dengan berbagai hal,termasuk dana segar yang dikuras dari kantong orangtua peserta didik.

Sementara itu disisi lain,kita masih bisa menemukan banyak generasi muda yang meiliki potensi,tapi teramat disayangkan karena mereka berasal dari kalangan duafa, mimpi untuk mengecap pendidikan yang pantas hanyalah sebuah angan-angan yang entah kapan kesampaian.Melihat fenomena ini,pantas saja timbul fameo bahwa pendidikan yang layak hanya bisa dirasakan oleh mereka yang memiliki “modal”.

Disisi lain kita layak memberikan beberapa pertanyaan kritis kepada segenap pihak yang memiliki tanggungjawab penuh terhadap dunia pendidikan,baik pemerintah,instansi-instansi yang terkait(penyelenggara pendidikan),maupun kita sebagai anggota masyarakat yang mencermati pasang surut dunia pendidikan Indonesia saat ini.Ada beberapa hal yang teramat mangganjal bagi penulis untuk kita utarakan terhadap mahalnya pendidikan di Indonesia hari ini.

* Pertama.Apakah dengan diadakannya proses pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan generasi muda dalam berbagai disiplin ilmu guna menghadapi tantangan masa depan demi kesinambungan bangsa Indonesia di masa yang akan datang,atau proses pendidikan bertujuan sebagai sebuah komoditi yang dikomersialisasi untuk tujuan profit …?

* Kedua,Apakah pantas kiranya pada saat ini, dimana masih teramat banyak masyarakat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinan,kemudian dibebani lagi dengan problem mahalnya pendidikan bagi anank-anak mereka …?

* Ketiga,Sudah optimalkah perhatian pemerintah besrta instansi-instansi terkait (penyelenggara pendidikan) terhadap permasalahan pendidikan…?

* Keempat,Apakah mungkin dengan “komersialisai” pendidikan saat ini akan mampu melahirkan generasi penerus harapan bangsa yang memiliki kapabilitas sumber daya manusia,qualifight,dan cerdas…?

* Kelima,Apakah mungkin masa depan suatu bangsa akan menapaki hari-hari yang cerah tanpa diawaki oleh generasi penerus yang memiliki kapabilitas sumberdaya manusia,qualifight,dan cerdas dalam menghadapi tantangan-tantangan global masa yang akan datang…?

Idealnya,siapapunyang akan menjawab beberapa pertanyaan tersebut pasti memiliki persepsi dan asumsi yang berbeda,karena ditinjau dari sudut pandang yang berbeda pula.

Akan tetapi, dalam hal menyikapi permasalahan mahalnya pendidikan di Indonesia saat ini yang diakibatkan oleh komersialisai pendidikan,penulis fakir tidak ada salahnya apabila penulis menguraikan asumsi yang penulis miliki,siapa tahu nantinya bisa kita cermati secara seksama nantinya.

Pertama, Penulis berasumsi bahwa sejatinya bahwa proses pendidikan diadakan untuk mencerdaskan para peserta didik dan menfasilitasi peserta didik untuk mencapai cita-cita, yang tentunya hal ini nanti bisa diharapkan bagi kemaslahatan indifidu peserta didik, masyarakat,maupun nusa dan bangsa. Sehingga kita perlu mengetahui bahwa kegiatan yang bertujuan untuk mengharapkan profituntuk mendatangkan kesejahteraan lebih pantas diadakan pada kegiatan-kegiatan ekonomi,seperti perdangan,bisnis,pengadaan barang/jasa, dan sebagainya. Sehingga penulis berpendapat bahwa diadakannya proses pendidikan tidak bertujuan untuk dikomersialisasikan.

Kedua,Segenap masyarakat Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak untuk kehidupan yang layak sebagai manifestasi sila ke lima Pancasila yang berbunyi keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia,tak perduli baik dari kalangan ekonomi menengah keatas maupun dari saudara-saudara kita yang dhuafa.Sehingga dengan kata lain bahwa komersialisasi pendidikan di Indonesia harus dihapuskan dari bumi Indonesia,karena tidak sesuai dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan serta tidak sesuai denganPancasila dan amanat UUD 1945”.

Ketiga,Pemerintah harus bisa menjalankan seluruh amanat UUD 1945 ,termasuk mengamalkan seluruh butir pasal 31bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan,baik secara pengadaan,pembiayaan,pemerataan pendidikan yang layak bagi seluruh masyarakat Indonesia,serta memajukan pendidikan Indonesia.Tidak hanya dalam tataran konsep,tetapi harus direfleksikan dalam kenyataan lapangan!...

Disisi lain, penyelenggara pendidikan harus bisa mencari terobosan yang kreatif dan inofatif guna memenuhi kebutuhan proses pendidikan,bukannya menaikkan biaya pendidikan yang nyata-nyata telah membuat keresahan di hati masyarakat Indonesia.

Dalam hal ini kita bisa mengambil pelajaran kepada masa lalu.Pada masa penjajahan colonial asing di Indonesia,kita sama-sama mengetahui bahwa banyak Pesantren atau sekolah pada saat itu tidak memungut biaya kepada para peserta didiknya, karena tujuan dari lembaga - lembaga pendidikan saat itu memang benar-benar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang telah diperbodoh dan dikebiri oleh kaum imperialis selama berabad-abad lamanya.

Untuk memenuhi kebutuhan proses pendidikan tanpa pungutan dari peserta didik,banyak pesantren maupun sekolah yang memiliki sawah,ladang, ternak, toko –toko ,maupun unit-unit usaha lainnya yang berhasil melahirkan generasi generasi yang memiliki kapabilitas SDM, qualifight, dan cerdas seperti Ir.Soekarno, Dr.Moh.Hatta, Dr.Moh.Yamin, Prof.Dr. Buya Hamka, M.Natsir, Tan Malaka, dan masih banyak tokoh-tokoh Indonesia yang lainnya,yang diakui kualitasnya oleh dunia internasional pada saat itu.

Yang pantas kita pertanyakan sekarang adalah, “Apabila pada masa lalu,dengan segala keterbatasan yang dimiliki,lembaga pendidikan bisa menghasilkan generasi yang berkualitas tanpa adanya komersialisasi pendidikan,so,bagaimana dengan lmbaga pendidikan hari ini ..???

Keempat,Apabila komersialisasi pendidikan masih ada,maka hasil yang akan diraih dari komersialisasi pendidikan berupa profit bagi para kalangan yang bermain dalam dunia komersialisasi pendidikan,sehingga cita-cita mencerdaskan bangsa hanya bisa diibaratkan dengan ungkapan “jauh panggang dari api”.Artinya keinginan untuk mewujudkan generasi penerus yang berkualitas masih jauh dari yang diharapkan apabila komersialisasi pendidikan masih senantiasa hidup membudaya disekitar kehidupan masyarakat Indonesia.

Kelima,Kesinambungan hidup suatu bangsa akan sangat bergantung kepada kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh generasi penerus.Generasi penerus yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik tidak akan mungkin diraih tanpa disuplai oleh kualitas dunia pendidikan yang bagus.Kualitas pendidikan yang bagus seharusnya bisa dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.Dan seluruh lapisan masyarakat baru akan bisa merasakan nikmatnya pendidikan apabila “Komersialisasi pendidikan” dijadikan sebagai musuh bersama guna mewujudkan generasi muda yang berkualitas sebagai pewaris kesinambungan bangsa Indonesia di masa yang akan dating.

Penutup.

Demikianlah sedikit problematika yang baru bisa penulis sajikan dalam bentuk tulisan,semoga bermanfaat bagi kita semua, akhir kata Billahi taufiq wal_hidaayah wassalamu’alaykum ww

Perbedaan pemacu konflik

Kehidupan yang sangat penuh dengan lika-liku yang cukup pelik terjadi, kenapa kehidupan ini penuh dengan perasaan iri, dengki, dan buruk sangka, dalam kehidupan ini kita harus lebih bisa menghadapi, inilah yang namanya fakta social, banyak terjadi kesenjagan antara individu dan masyarakat sekitar. Dalam kehidupan yang seharusnya kita berdampingan serta menyikirkan semua perbedaan yang bisa menyebabkan semua bentuk konflik.

Masyarakat yang maju adalah semua diantara individu-individunya sangat mengerti arti dari rasa solidaritas dan toleransi, demi tercapainyan kesatuan dalam bingkai NKRI dengan landasan pemersatu “Bhinneka Tunggal Ika” serta ideology yang mengikat semua lapisan masyarakat dan golongan yaitu Pancasila. Keseluruhan dari segala aspek kehidupan diatur dalam UUD 1945. Bingkai NKRI bangsa yang sangat berideology ini.

Segala bentuk perbedaan dalam keanekaragaman hendaknya dijadikan sebagai salah satu landasan untuk bersatu. Indonesia merupakan Negara dengan kekayaan budaya, tapi itu semua hanya dijadikan sebagai bentuk untuk menunjukkan suku atau golongan yang sering disebut juga sebagai Chauvinisme, Membanggakan suku atau golongan atau menanggap bahwa suku atau golongannya lah yang paling baik dari segala hal, itu bisa menjadi akar permasalahan yang dapat menimbulkan konflik antar suku atau golongan.

Tapi di mata dunia bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah dan sopan santun serta bermartabat dan menjunjung tinggi norma yang berlaku. Sebaiknya dengan keanekaragaman bangsa ini kita harus lebih bisa saling memahami arti dari perbedaan itu. Dengan menghilangkan perbedaan dalam keanekaragaman itu adalah dengan menunjukkan kerendahan hati dan sikap toleransi serta menghargai antara perbedaan. Pemacu konflik yang sangat Extrem adalah kurangnya sikap kerendahan hati dan arroganitas yang timbul, dengan menyikirkan pemacu konflik itu maka akan terciptanya suatu keteraturan, keamanan serta kenyaman dengan hidup saling berdampingan.

Kehidupan yang bermasyarakat merupakan hal yang sangat penting dalam proses sosialisasi, dalam kemasyarakatan adanya suatu tata krama dan sopan-santun. Hal yang demikian mencerminkan kehidupan yang masyarakat madani. Kemajuan masyarakat itu ditinjau dengan adanya proses sosialisasi, kemajuan itu akan berantai kepada segala aspek dalam kehidupan sehingga masyarakat itu akan mengalami proses menuju kemadanian. Bila proses yang demikian tidak terjalankan maka akan terjadi desersi dalam proses Sosialisasi, dengan menekankan kehidupan yang cenderung dalam sistem kekeluargaan.

Seperti reformasi tahun 1998 setelah tergulingnya era pemerintahan orde baru ciptaan Alm. Soeharto membuat berbagai konflik serta seperatis di berbagai daerah, kebebasan membuat hampir semua masyarakat memaknai arti reformasi dan menodai Demokrasi yang tidak terbatas atas kekuasaan yang otoriter dan tirani, semua masyarakat bebas untuk menyatakan aspirasinya dan bebas dalam menjalankan kewajiban serta menerima haknya.

Sebagai bangsa yang berbudaya dan bermartabat serta mengenal adanya Norma dalam kehidupan yang dipayungi oleh Hukum yang mempunyai kekuatan yang sah atas keseluruhan aspek kehidupan. Krisis social yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat dapat menimbulkan desersi dalam Solidaritas Sosial, Hidup bermasyarakat khususnya dalam karakteristik kehidupan dan kebudayaan bangsa Indonesia memiliki bentuk masyarakat tipe solidaritas mekanik dan soidaritas organic (gemeinschaft dan gesselschaft).

Kalangan pengamat mengatakan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat perlu adanya rasa kesolidaritasan antara sesama dan harus mempunyai sikap yang saling menghargai dalam kerangkan rasa persatuan dan kesatuan. sebenarnya rasa nasionalisme merupakan modal awal untuk menghilangkan dari konflik itu sendiri, konflik itu sendiri terjadi karena adanya perbedaan serta pertentangan. Konflik mempunyai 2 jenis, yaitu konflik horizontal dan vertical, konflik horizontal berupa pertentangan antara agama, suku, dan etnis, sedangkan konflik vertical berupa pertentangan antara kelas social atau antara si kaya dan si miskin, adanya kesenjangan sosial yang terjadi antara kelas atau lapisan dalam masyarakat.

Konflik yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang sangat wajar untuk terjadi, itu merupakan sesuatu yang sudah harfiah terjadi di dalam Kehidupan bermasyarakat. Sebenarnya konflik yang terjadi itu dikarenakan adanya over komunikasi, maksud dari over komunikasi adalah sesuatu yang sangat berlebihan atau di luar dari batas. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah sesuatu individu yang saling berinteraksi dengan individu lainnya dalam kehidupan social, karena over dalam komunikasi itu dapat mengakibatkan pembicaraan yang dilakukan individu dapat membuat suatu pertentangan contoh yang lebih konkretnya adalah Gosip, gossip merupakan sesuatu pembicaraan mengenai individu lain yang tingkat kebenarannya belum tentu pasti atau kenyataannya masih dalam pengambangan dan biasanya gossip itu hampir membicarakan keburukan dari orang lain. Hal yang demikian itu dapat membuat pertentangan atau konflik, konflik yang demikian sering terjadi maka setidaknya hindari dari over komunikasi itu.

Berbagai issue telah merebah ke seluruh penjuru negeri ini, pidato Presiden yang menyatakan akan menaikkan Harga BBM yang dikarenakan harga minyak mentah dunia yang tidak melambung tinggi sehingga kemampuan pemerintah untuk mensubsidi BBM tidak dapat lagi. Ini dapat menimbulkan masalah social yang berkepanjangan serta dapat memicu suatu konflik karena ketidakpercayaan rakyat lagi terhadap pemerintahan. Ironi sekali memang bangsa dengan Sumber Kekayaan Alam yang melimpah seperti Minyak Bumi yang hampir ada di seluruh alam Indonesia. Tak dapat disangka lagi akan terjadi kembali krisis social seperti pada tahun 1998, kerusuhan terjadi dimana-mana serta kegagalan bangsa ini dalam memakmurkan rakyatnya sehingga dapat menimbulkan suatu disintegrasi bangsa.

uang = tuhan

Tangisan rakyat bukan lah tangisan seperti biasa tapi ini tangisan yang sangat luar biasa terjadi, sangat memilukan, sangat memperhatinkan dan sangat menyedihkan, kemiskinan dan kelaparan serta kebodohan melanda bangsa dengan kekayaan alam yang melimpah. Bangsa Indonesia dalam ambang kegagalan, disini kegagalan bangsa mencakup dalam aspek ekonomi, politik dan krisis social yang ada dalam masyarakat kita. Puncak kegagalan bangsa ini berawal dari kegagalan dalam bidang ekonomi yang berantai pada semua aspek dan bagian dalam masyarakat. Orang bisa buta dalam masalah “uang” suatu yang sangat sensitive bila kita telaah, sebagian semua orang sudah mempertuhankan uang, dimana dengan uang semua dapat terselesaikan ( The Money Can Quick Solve Problem ) bagaimana sekarang kita sebagai kaum muda mendefinisikan itu semua, dengan uang mata kita dibuat menjadi kabur dan hilang arah malahan uang itu membuat manusia sering kali melupakan mana perbuatan yang dilarang mana perbuatan yang dibenarkan, semua orang dengan uang anakpun mau membunuh ayah begitu sebaliknya.

Uang adalah alat tukar yang telah dijamin dengan emas. Tapi dengan kertas yang bernominal kita dapat menghilangkan kemanusiaan kita, sampai penjabat wakil aspirasi rakyat sampai bisa melakukan perbuatan yang dilarang UU dan haram bagi agama. Berarti uang telah menjadi sesuatu yang telah dipertuhankan dalam kehidupan kita, demi uang kita bisa melakukan kebohongan besar. Uang sudah membuat manusia menjadi tidak menjadi manusia, dengan uang manusia mau melakukan hal-hal yang tidak merupakan cerminan manusia.

Dengan perkembangan zaman yang pesat, semua sudah ditentukan dengan uang; ada uang masalah bisa damai. Tidak didalam masyarakat biasa saja, tapi para aparat penegak hukum yang berfungsi melayani dan menjaga keamanan masyarakat malahan bisa damai di tempat, Hal yang sangat ironi sekali yang tidak seharusnya terjadi pada bangsa ini. Pandangan mengenai seperti ini merupakan hal yang sangat lazim terjadi, bagaimana nanti bangsa ini maju kalau contoh yang diberikan oleh para pemimpin elit bangsa ini “generasi yang seharusnya membuktikan hal yang baik bagi regenerasinya kelak”.

Uang telah membutakan kita semua, dalam bidang peradilan yang melaksanakan konstitusi yuridis bangsa ini telah mengenal istilah KUHP (kasih uang habis perkara), sebagai contoh yang realistis adalah para pejabat jika akan diadili yang terkait dengan kasus korupsi tiba-tiba sakit dan badan peradilan pun memberikan suatu keringanan hukum dengan memberikan sejumlah uang maka habis lah perkara yang ditimpah oleh para pejabat yang korupsi, maka tidak habis pikir banyak para pejabat yang melakukan hal yang serupa karena penegakkan keadilan yang longgar karena “UANG”. Memang uang memiliki tujuan yang baik yaitu kesejahteraan tapi apakah dengan uang orang sudah hilang dengan rasa kemanusiaannya, kenapa uang itu telah menjadi segala-segalanya dalam segala hal, kenapa dengan uang, manusia itu dapat dibutakan???????

Semua manusia hanya memikirkan keuntungan atau Profit belaka, sampai-sampai berteman hanya mementingkan keuntungan. Mafia-mafia seperti itu lah yang harus diberantas sampai ke akar induknya, entah mengapa hampir semua bangsa di seluruh dunia sangat mempertuhankan uang. Uang yang telah membutakan rasa kemanusiaan. Hubungan persahabatan antara Negara selalu berkaitan dengan Backgroundnya Uang. Mungkin Uang itu telah menjadi Dajjalnya manusia. Sebenarnya tiket cepat masuk Neraka adalah Uang. tapi, Uang juga menjadi tiket masuk ke surga. Sebenarnya itu salah manusia atau uangnya, tapi tampaknya tanpa memunafikkan diri sebagai manusia realistisnya adalah manusia yang mengutamakan uang.

“Mata kalam karena Uang, Hati buta karena Uang, Rasa Sayang dibeli dengan Uang, Ada Cinta ada Uang, Dekat karena uang”. Dilematis sekali uang yang diciptakan untuk mempermudah manusia untuk mendapatkan sesuatu, malah merusak moral manusia itu sendiri. Tapi mau dikatakan apalagi semua itu memang berdasarkan uang. Kehidupan yang makin susah ini membuat manusia memang sangat bergantung dengan uang. Di dunia ini tidak ada yang gratis sampai persahabatan dan cinta itu dapat dinilai dengan uang dan harga diri manusia itu juga dapat diukur dengan uang. Apa benar Uang itu menjadi segala-segalanya. Dewan Legislatif banga ini yang duduk terhormat di bangku wakil rakyat, gara-gara uang ia pun rela mengubah fungsi Hutan lindung menjadi hutan produksi, kemana nuraninya, hutan yang menjadi Paru-paru dunia yang menompang manusia untuk tetap bernapas malah di hancurkan, akibatnya akan fatal dan tidak akan berlaku lagi uang itu jika dunia ini hancur.

Fatalnya kemanusiaan manusia ini dikarenakan bentuk manusia yang mempertuhankan uang. ini merupakan konsep dari Liberalisme, kapitalisme semua urusan dengan uang, mengapa tidak sampai untuk mendapatkan pelayanan public sampai-sampai kita harus mengeluarkan uang agar semuanya lancar. Tidak sampai disitu saja, birokrasi dalam negeri ini tidak asing lagi mendengar ada uang urusan “kelar” itu semua gambaran dalam sector layanan public saat ini. Berdasarkan pengalaman saya waktu masih mengenyam pendidikan SMA istilah UUD (ujung-ujung duit) itu tidak asing lagi dalam telinga siswa seperti saya, ketika saya ingin mengambil ijazah SMA, saya diminta biaya (PUNGLI) yang katanya untuk sumbangan, tapi dikatakan oleh oknum guru itu sumbangannya sukarela tapi minimal Rp. 50.000,-. Itu sih bukan sumbangan. Bisa dilihat warna-warni Uang sebagai tuhan, di kalangan tenaga pendidik dan instansi penting dalam mencerdaskan bangsa ini dinodai oleh hal yang demikian. Sebuah kehancuran dalam konsep civil society, pandidik yang seharusnya menanamkan konsep kejujuran dan keterbukaan tapi dicoreng dengan konteks KORUPSI. Kemana keadilan diletakkan….

Tidak halnya lagi bahaya LATEN KORUPSI yang berepidemi dalam bangsa kita memang telah berakar dalam struktur kehidupan Negara yang kita cintai ini.

jeritan rakyat

Begitu dalam rasanya bila hilang tanpa arah, sekarang di zaman yang begitu sulit ini kita dapat memetik suatu bentuk jawaban bahwa begitu sulit memang hidup untuk dijalankan. Mengapa tidak, sulitnya perekonomian dan politik yang melanda tanah air ini. Dimana – mana yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya “sang kapitalis berkuasa”. Sulit memang menelaah keseluruhannya, segala aspek pun menjadi buntut permasalahan. Dimana rakyat menyalahkan pemerintah sebagai actor utama atau biang kerok krisis yang semakin kronis ini.

Pemandangan kelaparan dan kemiskinan dan sekaligus korupsi sudah menjadi makanan sehari – hari rakyat bangsa ini. Pemerintah hanya bisa “ngomonk” hanya mengeluarkan perkataan yang hebat – hebat tapi implementasi hanya NOL BESAR. Mana wakil rakyat yang selama ini menjadi wakil rakyat, dan wakil aspirasi rakyat. Omongan mereka hanya manis dimulut, rakyat itu tidak butuh janji manis mu tapi pembuktian untuk melepaskan jeritan kami rakyat kecil. Beban Negara yang semakin membengkak dikarenakan korupsi dimana – mana, rakyat menangis wakil rakyat semakin buncit dengan uang rakyat. Sungguh ironi sekali bangsa dengan sumber daya alam yang sangat melimpah tapi rakyatnya kelaparan.

Urusan perut memang paling sensitive di negri ini, mengapa tidak dimana – mana orang selalu menomor satukan urusan ini, hingga rela melihat orang lain lapar dan menjerit. Yang penting bagi mereka “perut aku dulu yang penting”. Pemandangan yang demikian tidak menjadi suatu penyelesaian oleh pemerintah, apakah pemerintah tidak takut akan generasi penerus yang kan menjadi penerus warisan budaya KKN yang indetik dengan kehancuran suatu bangsa akibat dari individualistiknya para penguasa bangsa ini.

Tidak heran lagi bangsa yang menjadi bangsa yang kaya alam pada dahulu akanmenjadi bangsa yang menyedihkan selalu miskin dan terpuruk. Kuragnya perhatian pemerintah dengan nasib – nasib di daerah – daerah yang ada di Indonesia semakin tertinggal jauh dari bangsa – bangsa lain, tidak salah lagi banyak daerah – daerah di Indonesia banyak yang akan memisahkan diri dari NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Bagaimana bangsa ini mau bangkit, kalo para pemimpin bangsa ini masih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok semata.

Paradigma masyarakat bangsa ini yang bobrok moralnya akibat dari keterpurukan yang panjang ini. Sebagai generasi revolusi hendaknya kita harus mengubah keterpurukan ini menjadi kebangkitan ( REAMINATION ). Dengan mengubah kebiasaan ( HABIT ) pemimpin yang lalu, menghilangkan dengan cara kita sebagai insan Indonesia berkomitmen untuk memajukan bumi pertiwi ini. Dengan mengangkat nama bangsa ini melalui prestasi yang di torehkan.

Kapan lagi bangsa ini mau bangkit, bila generasi bangsa ini hancur. Moral dan norma yang bobrok di bangsa ini menyebabkan bangsa ini makin kehilangan arah, bagaimana tidak serangan – serangan penghancur moral bangsa dari luar seperti pergaulan bebas, dan narkoba. Ironi sekali bangsa yang dikenal diseluruh dunia sebagai bangsa yang besar dengan keramahan, kesopanan dan menjunjung tinggi nilai – nilai kesusilaan. Harus bobrok dengan mental para pemudanya.

Indonesia adalah bangsa dengan Negara kesatuan yang mempunyai hamparan alam yang kaya dan dikenal sebagai Negara Hukum. Tapi mengapa satu pertanyaan besar Indonesia masih saja jatuh dari bangsa – bangsa lain, rakyat masih saja menderita, kemiskinan ada dimana – mana, pengangguran makin banyak dengan jumlah sarjana yang banyak tanpa lapangan pekerjaan yang memfasilitasi, akibat dari itu semua makin banyak tingkat kriminalitas dan aparat hukum makin kewalahaan dengan situasi yang demikian dengan tuntutan zaman yang berat tidak heran lagi kalo aparat hukum banyak yang mati dengan bunuh diri dan saling menjatuhkan sesama aparat.

Pejabat korupsi, suap – menyuap agar semua yang hitam menjadi putih. Kondisi bangsa ini yang demikian membuat tradisi di kalangan pemerintahan untuk korupsi dan suap – menyuap, kalo semuanya ketahuan para pejabat saling menyalahkan satu sama lainnya. Koruptor – koruptor kelas kakap ini begitu ketangkap malah jatuh sakit untuk menghindar dari tuntutan Negara, sehingga kasusnya sulit untuk dibonkar, para badan peradilan di Negara ini tidak bertindak tegas dan adil. Mengapa tidak, para koruptor banyak tidak terungkap kasusnya padahal semua perbuatannya telah membuat Negara mengalami kerugian yang sangat besar .

Kekurangan tegas para aparat penegak keadilan di Negara ini dipicu dengan tindak peradilan yang cenderung berbelit – belit dalam memecahkan masalah serta banyaknya sebagian manusia Indonesia yang kebal terhadap hukum dengan sebagai tameng adalah UANG. Karena ulah para pejabat yang berwenang, yang seharusnya mereka melayani masyarakat memecahkan persoalan yang sudah kronis ini malah tambah parah. Memang dicari orang yang menjadi pahlawan rakyat tidak hanya besar omongan tapi dengan pembuktiaan yang realistis, pemimpin yang lebih memperhatikan nasib rakyat kecil, dan mampu menyelesaikan masalah kronis kemiskinan yang melanda bangsa ini.

Cinta tanah air bumi pertiwi ini begitu besar. Untuk sebagai penerus bangsa, penentu bangsa, dan pewaris bangsa merupakan tanggung jawab yang besar untuk memajukan bangsa ini dan meneruskan cita – cita para pendahulu. Pendahulu yang menginginkan bangsa yang besar ini menjadi bangsa yang besar dan terhormat dimata dunia. Tapi hal yang demikian tidak disadari oleh pemuda – pemudi bangsa ini, mereka malah merusak bangsa ini, Pergaulan bebas yang sangat tidak cocok pada budaya bangsa ini, keteguhan iman para pemuda yang telah mulai luntur dan bobroknya moral bangsa yang besar ini diakibatkan oleh suatu filterlisasi budaya dari luar yang tidak benar.

Kemiskinan yang makin meluas tanpa batas, ketidakpedulian para pemerintah pada nasib para rakyat kecil. Dari tahun ke tahun kemiskinan semakin besar dengan ditandai busung lapar, kekurangan gizi, tingkat kriminalitas besar, pengangguran bertambah, pembangunan yang tidak merata dan kecemburuan social yang tinggi. Dengan kondisi yang demikian rakyat semakin menjerit dan pemerintah makin tertawa, pemerintah hanya mementingkan kepentingan kesejahteraan sendiri. Tampaknya keberadaan masyarakat harus dikondisikan miskin dan sengaja dibuat oleh pemerintah untuk kepentingannya. Urusan Negara yang sebesar ini memang tidak dapat diselesaikan dengan omongan manis belaka tapi dengan pembuktiaan agar rakyat ini terlepas dari penderitaan ini. Karena kemiskinan itu dekat dengan kebodohan, para pemuda yang harus lebih bangkit untuk membangun bangsa ini dengan menjauhi yang negative, narkoba dan mempertebal iman agama.

Pemandangan yang sangat ironi sekali, negeri yang kaya akan kekayaan sumber daya alam tapi rakyatnya menderita dengan kemiskinan dan kelaparan. Sungguh potret yang sangat buruk melihat kondisi yang demikian, dimana hati nurani para pejabat kita atau pemerintah. Tanah Papua yang terletak di bagian timur Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, kekayaan dengan hasil tambang yang melimpah. Tapi mengapa, rakyat disana sangat menderita dengan pelayanan kesehatan yang sangat kurang, jalur transportasi yang masih sulit, sarana pendidikan yang kurang memadai. Didalam pembukaan undang – undang yang menyatakan tujuan untuk mencerdaskan bangsa demi kesejahteraan rakyat. Tapi itu semua hanya tertulis tidak dengan implementasi yang dapat mengeluarkan rakyat dari penderitaan, apakah pemerintah hanya dapat berbicara ternyata pemerintahan yang menjalankan birokrasi di Papua hanya mementingkan kepentingan pribadi tidak melihat kemiskinan yang ada dalam daerahnya.

Mana tanggung jawab dari itu semua, siapa yang patut dipersalahkan dari itu semua. Apakah bangsa ini akan tetap seperti ini terus. Apa yang menyebabkan bangsa ini masih dalam keterpurukan, jawabannya hanya satu yaitu ketidak jujuran (honestly) para pejabat pemerintahan dan juga seluruh lapisan masyarakat. Kurangnya keterbukaan seluruh lapisan masyarakat merupakan salah satu kendala bangsa ini untuk maju, selain itu juga sifat bangsa yang masih dalam kebodohan, tidak inovatif (yang mempunyai kreativitas dan inovasi tidak dihargai oleh bangsa ini), kurangnya penghargaan dari pemerintah membuat para generasi bangsa ini sangat malas untuk melakukan hal inovatif tersebut.

Dengan ledaknya populasi penduduk Indonesia yang hampir 200 juta lebih, membuat Negara ini makin sengsara dengan pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, Pelayanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang minim menambah catatan kelam bangsa yang kita cintai ini.

Pembentukan bangsa ini yang diperjuangkan oleh para pahlawan yang mengorbankan nyawa dan hartanya untuk mengibarkan dan menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan penuh semangat perjuangan tanpa mengenal kata menyerah dan terus maju itu tidak dimiliki oleh generasi bangsa saat ini. Pesimis dan tidak adanya semangat untuk bangkit membangun bangsa yang kita cintai ini, mari bersama kita melalui media penyalur ini dapat merenungkan buat bangsa kita, merenungkan nasib dan peduli sesama dalam satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air. Hilangkan dan singkirkan perbedaan yang ada yang merupakan penyebab munculnya konflik yang melanda bangsa ini. Bangkit dan maju bersama membangun negeri yang kita dambakan. Semoga bacaan ini kan berguna buat para penerus bangsa.

AMIN…………..

Oleh : REZA AMARTA PRAYOGA

Derita Negeri nan Subur dalam Kebangkitan Nasional

Derita Negeri nan Subur dalam Kebangkitan Nasional

Oleh : Reza Amarta Prayoga

K

esusahan Negara ini makin tidak terkendalikan dengan kesusahan yang dialami oleh rakyat. Derita yang sangat berkepanjangan yang ditandai dengan kebangkitan nasional yang telah 1 abad berlalu dengan perjalanan reformasi Negara ini yang telah melewati satu dasawarsa, Negara ini tidak pernah bangkit dari keterpurukan yang sangat akut terjadi, bangsa ini hanya dapat mengeluh, tidak mau bangkit dari kesusahan malah hancur dengan disersi moral mental para kaum muda yang tidak lagi cinta pada tanah air dan tidak mau lagi berjuang untuk meraih prestasi dalam mengisi kemerdekaan.

Apa kata beliau-beliau para pahlawan yang telah mendahului kita melihat Negara yang dia bela dengan mengorbankan segenap jiwa dan raganya untuk menegakkan kedaulatan NKRI ini, meratap bangsa yang dibanggakannya harus mengalami kegagalan dan kehancuran. Cita-cita para pahlawan yang mengharapkan bangsa yang besar ini disegani di mata dunia dan menjadi Negara yang sangat kuat dalam berbagai bidang ternyata hanya penundaan yang terus tertunda.

Kegagalan ekonomi dan politik, sebagaimana yang lazimnya Negara yang kuat adalah Negara yang mempunyai Struktur Pembangunan Ekonomi yang kuat dan kokoh disertai dengan sistem politik yang stabil merupakan ciri-ciri Negara yang kuat. Dapat dilihat sekarang, Negara kita tidak kalah hebatnya dari bangsa lainnya. Indonesia merupakan Negara yang secara letak geografisnya adalah Negara yang sangat strategis dari Segi Ekonomi, Indonesia Negara yang dilintasi oleh garis perdagangan internasional serta kekayaan alam yang sangat melimpah. Dari berbagai aspek, Indonesia juga Negara yang kaya akan dengan budayanya dan juga memilki keanekaragaman yang menjadi satu, sebagai bangsa yang majemuk. indonesia juga mempunyai keuntungan iklim yang hanya memiliki 2 musim, dalam segi potensi pariwisata bangsa kita juga tidak kalah dengan bangsa lain, malahan bangsa kita merupakan surga pariwisata yang besar.

Tapi itu semua angan-angan yang memang wajib harus dibuktikan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang tidak hanya menjadi benalu tapi menjadi bangsa yang benar bangkit dari jurang kegagalan ini. Setidaknya ini semua merupakan cita-cita bangsa yang harus dicapai dengan usaha dan prestasi untuk menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang benar-benar menjadi bangsa yang kuat dan bangsa yang besar dengan prestasi dan kekuatan ekonomi serta politik yang stabil.

Memaknai sebuah kebangkitan nasional tidak hanya dengan ceremonial belaka tapi kita harus memaknai kebangkitan nasional ini dengan berbenah diri menjadi bangsa yang kuat. Perhatian saya kepada bangsa ini, karena saya merupakan bagian dari penerus bangsa yang wajib untuk merubah bangsa ini, malu rasanya selama ini Indonesia dimata dunia hanya menjadi Negara yang semakin terpuruk, tapi dibalik keterpurukannya bangsa ini mempunyai asset yang sangat berharga. Tampaknya bangsa ini mulai pelan-pelan bangkit tapi pasti dengan semangat nasionalis dan cinta tanah air yang berlandaskan Pancasila.

Jika dipandang dengan semangat nasionalis tampaknya dalam segi rasional susah atau berat sekali serta mustahil jika bangsa ini bisa merdeka dengan sebatang Bambu Runcing, tapi itu semua bisa diterima dengan akal sehat melalui perjuangan yang dibumbui dengan semangat nasionalis dan rasa cinta tanah air. Menurut pandangan para ahli yang mengatakan Negara yang kuat mempunyai beberapa factor, yaitu : mempunyai pemerintahan yang kuat serta berkomitment, sejahtera, damai dan aman. Ada beberapa kategori Negara yaitu Negara yang kuat, gagal, lemah dan runtuh. Tetapi bangsa Indonesia mempunyai semangat nasionalisme yang kuat sehingga mendukung kemungkinan untuk bangkit menjadi bangsa yang mempunyai kategori Negara yang kuat, tapi disamping itu semua Negara Indonesia juga berpotensi akan mengalami konflik yang berawal pada perbedaan Etnic, bahasa, dan agama yang dapat berkembang di daerah-daerah seluruh kawasan NKRI. Setidaknya hal-hal yang berpotensi untuk menimbulkan Konflik yang bersifat Horizontal maupun Vertikal dapat diredam dengan menyingkirkan semua perbedaan dan menyatukan itu semua dengan landasan Semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Sebuah pertanyaan classic, bagaimana bangsa ini bisa bangkit lagi dengan semangat kebangsaan yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945?? ketika saya melihat di TV, ada sebuah iklan yang menyatakan bahwa bangkit itu senang, senang melihat orang lain senang susah melihat orang lain susah, Bangkit itu takut, takut akan korupsi takut akan makan yang bukan Hak nya, Bangkit itu malu, Malu jadi benalu, Bangkit itu mencuri, mencuri perhatian dunia dengan Prestasi, bangkit itu Aku untuk Indonesia Ku. Sebuah rangkaian kalimat yang sangat tinggi prestise dan semangat kebangsaannya. Ini merupakan suntikan atau teguran kepada kita semua betapa bangganya pahlawan kita melihat bangsa yang diwariskannya ini menjadi bangsa yang hebat dan bangsa yang kuat dari segala aspek kehidupan serta menjadikan bangsa yang bermartabat serta berahlak.