Senin, 22 Desember 2008

jeritan rakyat

Begitu dalam rasanya bila hilang tanpa arah, sekarang di zaman yang begitu sulit ini kita dapat memetik suatu bentuk jawaban bahwa begitu sulit memang hidup untuk dijalankan. Mengapa tidak, sulitnya perekonomian dan politik yang melanda tanah air ini. Dimana – mana yang miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya “sang kapitalis berkuasa”. Sulit memang menelaah keseluruhannya, segala aspek pun menjadi buntut permasalahan. Dimana rakyat menyalahkan pemerintah sebagai actor utama atau biang kerok krisis yang semakin kronis ini.

Pemandangan kelaparan dan kemiskinan dan sekaligus korupsi sudah menjadi makanan sehari – hari rakyat bangsa ini. Pemerintah hanya bisa “ngomonk” hanya mengeluarkan perkataan yang hebat – hebat tapi implementasi hanya NOL BESAR. Mana wakil rakyat yang selama ini menjadi wakil rakyat, dan wakil aspirasi rakyat. Omongan mereka hanya manis dimulut, rakyat itu tidak butuh janji manis mu tapi pembuktian untuk melepaskan jeritan kami rakyat kecil. Beban Negara yang semakin membengkak dikarenakan korupsi dimana – mana, rakyat menangis wakil rakyat semakin buncit dengan uang rakyat. Sungguh ironi sekali bangsa dengan sumber daya alam yang sangat melimpah tapi rakyatnya kelaparan.

Urusan perut memang paling sensitive di negri ini, mengapa tidak dimana – mana orang selalu menomor satukan urusan ini, hingga rela melihat orang lain lapar dan menjerit. Yang penting bagi mereka “perut aku dulu yang penting”. Pemandangan yang demikian tidak menjadi suatu penyelesaian oleh pemerintah, apakah pemerintah tidak takut akan generasi penerus yang kan menjadi penerus warisan budaya KKN yang indetik dengan kehancuran suatu bangsa akibat dari individualistiknya para penguasa bangsa ini.

Tidak heran lagi bangsa yang menjadi bangsa yang kaya alam pada dahulu akanmenjadi bangsa yang menyedihkan selalu miskin dan terpuruk. Kuragnya perhatian pemerintah dengan nasib – nasib di daerah – daerah yang ada di Indonesia semakin tertinggal jauh dari bangsa – bangsa lain, tidak salah lagi banyak daerah – daerah di Indonesia banyak yang akan memisahkan diri dari NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA. Bagaimana bangsa ini mau bangkit, kalo para pemimpin bangsa ini masih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok semata.

Paradigma masyarakat bangsa ini yang bobrok moralnya akibat dari keterpurukan yang panjang ini. Sebagai generasi revolusi hendaknya kita harus mengubah keterpurukan ini menjadi kebangkitan ( REAMINATION ). Dengan mengubah kebiasaan ( HABIT ) pemimpin yang lalu, menghilangkan dengan cara kita sebagai insan Indonesia berkomitmen untuk memajukan bumi pertiwi ini. Dengan mengangkat nama bangsa ini melalui prestasi yang di torehkan.

Kapan lagi bangsa ini mau bangkit, bila generasi bangsa ini hancur. Moral dan norma yang bobrok di bangsa ini menyebabkan bangsa ini makin kehilangan arah, bagaimana tidak serangan – serangan penghancur moral bangsa dari luar seperti pergaulan bebas, dan narkoba. Ironi sekali bangsa yang dikenal diseluruh dunia sebagai bangsa yang besar dengan keramahan, kesopanan dan menjunjung tinggi nilai – nilai kesusilaan. Harus bobrok dengan mental para pemudanya.

Indonesia adalah bangsa dengan Negara kesatuan yang mempunyai hamparan alam yang kaya dan dikenal sebagai Negara Hukum. Tapi mengapa satu pertanyaan besar Indonesia masih saja jatuh dari bangsa – bangsa lain, rakyat masih saja menderita, kemiskinan ada dimana – mana, pengangguran makin banyak dengan jumlah sarjana yang banyak tanpa lapangan pekerjaan yang memfasilitasi, akibat dari itu semua makin banyak tingkat kriminalitas dan aparat hukum makin kewalahaan dengan situasi yang demikian dengan tuntutan zaman yang berat tidak heran lagi kalo aparat hukum banyak yang mati dengan bunuh diri dan saling menjatuhkan sesama aparat.

Pejabat korupsi, suap – menyuap agar semua yang hitam menjadi putih. Kondisi bangsa ini yang demikian membuat tradisi di kalangan pemerintahan untuk korupsi dan suap – menyuap, kalo semuanya ketahuan para pejabat saling menyalahkan satu sama lainnya. Koruptor – koruptor kelas kakap ini begitu ketangkap malah jatuh sakit untuk menghindar dari tuntutan Negara, sehingga kasusnya sulit untuk dibonkar, para badan peradilan di Negara ini tidak bertindak tegas dan adil. Mengapa tidak, para koruptor banyak tidak terungkap kasusnya padahal semua perbuatannya telah membuat Negara mengalami kerugian yang sangat besar .

Kekurangan tegas para aparat penegak keadilan di Negara ini dipicu dengan tindak peradilan yang cenderung berbelit – belit dalam memecahkan masalah serta banyaknya sebagian manusia Indonesia yang kebal terhadap hukum dengan sebagai tameng adalah UANG. Karena ulah para pejabat yang berwenang, yang seharusnya mereka melayani masyarakat memecahkan persoalan yang sudah kronis ini malah tambah parah. Memang dicari orang yang menjadi pahlawan rakyat tidak hanya besar omongan tapi dengan pembuktiaan yang realistis, pemimpin yang lebih memperhatikan nasib rakyat kecil, dan mampu menyelesaikan masalah kronis kemiskinan yang melanda bangsa ini.

Cinta tanah air bumi pertiwi ini begitu besar. Untuk sebagai penerus bangsa, penentu bangsa, dan pewaris bangsa merupakan tanggung jawab yang besar untuk memajukan bangsa ini dan meneruskan cita – cita para pendahulu. Pendahulu yang menginginkan bangsa yang besar ini menjadi bangsa yang besar dan terhormat dimata dunia. Tapi hal yang demikian tidak disadari oleh pemuda – pemudi bangsa ini, mereka malah merusak bangsa ini, Pergaulan bebas yang sangat tidak cocok pada budaya bangsa ini, keteguhan iman para pemuda yang telah mulai luntur dan bobroknya moral bangsa yang besar ini diakibatkan oleh suatu filterlisasi budaya dari luar yang tidak benar.

Kemiskinan yang makin meluas tanpa batas, ketidakpedulian para pemerintah pada nasib para rakyat kecil. Dari tahun ke tahun kemiskinan semakin besar dengan ditandai busung lapar, kekurangan gizi, tingkat kriminalitas besar, pengangguran bertambah, pembangunan yang tidak merata dan kecemburuan social yang tinggi. Dengan kondisi yang demikian rakyat semakin menjerit dan pemerintah makin tertawa, pemerintah hanya mementingkan kepentingan kesejahteraan sendiri. Tampaknya keberadaan masyarakat harus dikondisikan miskin dan sengaja dibuat oleh pemerintah untuk kepentingannya. Urusan Negara yang sebesar ini memang tidak dapat diselesaikan dengan omongan manis belaka tapi dengan pembuktiaan agar rakyat ini terlepas dari penderitaan ini. Karena kemiskinan itu dekat dengan kebodohan, para pemuda yang harus lebih bangkit untuk membangun bangsa ini dengan menjauhi yang negative, narkoba dan mempertebal iman agama.

Pemandangan yang sangat ironi sekali, negeri yang kaya akan kekayaan sumber daya alam tapi rakyatnya menderita dengan kemiskinan dan kelaparan. Sungguh potret yang sangat buruk melihat kondisi yang demikian, dimana hati nurani para pejabat kita atau pemerintah. Tanah Papua yang terletak di bagian timur Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, kekayaan dengan hasil tambang yang melimpah. Tapi mengapa, rakyat disana sangat menderita dengan pelayanan kesehatan yang sangat kurang, jalur transportasi yang masih sulit, sarana pendidikan yang kurang memadai. Didalam pembukaan undang – undang yang menyatakan tujuan untuk mencerdaskan bangsa demi kesejahteraan rakyat. Tapi itu semua hanya tertulis tidak dengan implementasi yang dapat mengeluarkan rakyat dari penderitaan, apakah pemerintah hanya dapat berbicara ternyata pemerintahan yang menjalankan birokrasi di Papua hanya mementingkan kepentingan pribadi tidak melihat kemiskinan yang ada dalam daerahnya.

Mana tanggung jawab dari itu semua, siapa yang patut dipersalahkan dari itu semua. Apakah bangsa ini akan tetap seperti ini terus. Apa yang menyebabkan bangsa ini masih dalam keterpurukan, jawabannya hanya satu yaitu ketidak jujuran (honestly) para pejabat pemerintahan dan juga seluruh lapisan masyarakat. Kurangnya keterbukaan seluruh lapisan masyarakat merupakan salah satu kendala bangsa ini untuk maju, selain itu juga sifat bangsa yang masih dalam kebodohan, tidak inovatif (yang mempunyai kreativitas dan inovasi tidak dihargai oleh bangsa ini), kurangnya penghargaan dari pemerintah membuat para generasi bangsa ini sangat malas untuk melakukan hal inovatif tersebut.

Dengan ledaknya populasi penduduk Indonesia yang hampir 200 juta lebih, membuat Negara ini makin sengsara dengan pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, Pelayanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang minim menambah catatan kelam bangsa yang kita cintai ini.

Pembentukan bangsa ini yang diperjuangkan oleh para pahlawan yang mengorbankan nyawa dan hartanya untuk mengibarkan dan menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan penuh semangat perjuangan tanpa mengenal kata menyerah dan terus maju itu tidak dimiliki oleh generasi bangsa saat ini. Pesimis dan tidak adanya semangat untuk bangkit membangun bangsa yang kita cintai ini, mari bersama kita melalui media penyalur ini dapat merenungkan buat bangsa kita, merenungkan nasib dan peduli sesama dalam satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air. Hilangkan dan singkirkan perbedaan yang ada yang merupakan penyebab munculnya konflik yang melanda bangsa ini. Bangkit dan maju bersama membangun negeri yang kita dambakan. Semoga bacaan ini kan berguna buat para penerus bangsa.

AMIN…………..

Oleh : REZA AMARTA PRAYOGA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar