Minggu, 03 Januari 2010

MANUSIA DALAM INDIVIDUALISME
Oleh : Reza Amarta Prayoga
Kehidupan manusia yang penuh dengan kompleksitas permasalah social akibat dari hubungan kausalitas negative dari perubahan social yang timpang menyebabkan manusia hanya berhubungan atau berinteraksi sebatas kepentingan saja dan lebih kepada individualistic serta hilangnya rasa solidaritas mekanik dalam masyarakat. Kehidupan yang serba uang, tiada satu pun hal yang tidak dapat ditaklukkan dengan uang. Perbedaan yang mendasar dalam kehidupan manusia memaksa seorang manusia harus mendapatkan uang dengan cara apapun. Egoisme dan individual merupakan stimulus dasar penyebab konflik dan disintegrasi dari berbagai sendi kehidupan.
Kesejahteraan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi merupakan hal yang mendasar dalam manusia menjalankan kehidupannya. Kehidupan manusia sebagai mahluk social antara manusia yang satu dengan manusia saling membutuhkan, sifat saling ketergantungannya membuat manusia hidup berkelompok antara satu dengan lainnya.
Manusia sebagai mahluk social, hidup dalam sebuah system yang diatur dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Zoon politicon merupakan ciri-ciri masyarakat yang hidup bergantung dengan manusia lainnya. Kehidupan manusia yang kolektive dari zaman purba, dimana semua kebutuhan dipenuhi secara bersama-sama.
Perkembangan masyarakat saat sekarang, yang mana kebutuhan setiap individu dapat terpenuhi dengan keegoisan individu itu sendiri, adanya system kapitalis yang berkembang dimana masyarakat yang semakin terspesialisasi, dan juga ciri masyarakat kota yang bernaung pada solidaritas organic, dimana dengan semakin terspesialisasinya orang dalam bekerja dengan intensitas kesadaran kolektif yang rendah dan individulitas yang tinggi, membuat setiap anggota masyarakat untuk tidak seragam dalam berbagai hal dan bebas untuk memiliki serta berbuat apa saja. Keindividualan manusia membuat kesadaran kolektive setiap anggota masyarakat semakin hilang.
Perkembangan ekonomi juga turut andil dalam berkembangnya individualitas anggota masyarakat, dengan rasionalitasnya setiap masyarakat melakukan sesuai dengan kehendaknya dan cenderung memperbesar keuntungan dengan memperkecil kerugian. “biar orang lain susah, yang penting aku selamat” stigma yang demikian membuat semakin individualnya masyarakat. Dalam dunia politik pun demikian, keputusan public hanya dimiliki oleh segelintir kelompok kecil yang memiliki akses kekuasaan yang menguntungkan sekelompok minoritas dan merugikan mayoritas masyarakat. Ketidakmerataan kekuasaan dan sempitnya akses masyarakat biasa membuat penderitaan berkepanjangan, yang membuat individual anggota masyarakat semakin jelas, tidak itu saja dalam memproses kebijakan public dipengaruhi oleh power kekuasaan dari pasar, pasar yang dalam kacamata politik adanya kekuatan yang mempengaruhi kebijakan dan mengendalikan dengan power yang dimilikinya sehingga mengurangi intervensi masyarakat ikut dalam proses kebijakan tersebut. Masyarakat hanya sebagai obyek dari kekuasaan yang bernaung dalam pasar, dengan kata lain adanya mapping atau pemetaan dari para pemilik power dalam pasar tersebut, mekanisme yang berjalan sesuai dengan tuntutan dari tangan ghaib pemilik kekuasaan.
Konsep kehidupan social yang zoon politicon semakin dikerdilkan dengan individualitas anggota masyarakat. Masyarakat semakin terdogma dengan kapitalisasi dan kehilangan fundamentalis untuk hidup berbagi. Kondisi yang demikian akan membuat jelas jurang kelas dan strata yang semakin terpisah, adanya pelapisan masyarakat yang semakin jelas dengan tidak adanya rasa untuk membantu golongan yang tertindas dengan kekuatan para pemilik akses untuk memperkecil kesempatan dari orang yang terdominasi.
Ketergantungan sesama manusia semakin terukur dengan uang. Uang memiliki power yang super dalam menguasai pasar untuk bertindak sesuai dengan keinginan dari pemilik uang, uang juga komponen yang dapat membutakan nilai estetika dari manusia yang hidup berkelompok, uang juga dapat menutup akses dari kelompok yang terdominasi yang semakin termarginalkan dalam segi-segi kehidupan social.
Strukturisasi dalam kehidupan menjadikan setiap elemen-elemen dalam kehidupan memiliki fungsi dengan status dan peran yang berbeda. Tetapi dengan sifat individual manusia dapat menyebabkan struktur dalam masyarakat tadi menjadi disfungsional dengan tidak termaksimalkan peran dan status dari masing-masing elemen dalam masyarakat. Sifat individu juga terlahir dari pertukaran antara individu dengan individu lain melalui interaksi, kecenderungan individu mendapat perlakuan yang egois akan membuat individu tersebut juga melakukan tindakan yang sama, dengan bertindak sesuai dengan rasionalitasnya manusia lebih dapat menjadi individual. Hilangnya sifat kegotong-royongan antara anggota masyarakat juga menjadi pemicu konflik baik laten maupun manifest.
Kegagalan masyarakat untuk memiliki kesadaran kolektif membuat sifat individual semakin tumbuh subur ditambah dengan perkembangan peradaban akibat dari globalisasi membuat perubahan social semakin ke arah yang negative. Harapan masyarakat untuk hidup dalam konsep civil society semakin terjauhkan dari harapan selama keegoisan dan individulitas manusia semakin akut. Fenomena social yang terjadi menjadi konflik, disintegrasi, disfungsional structural, dan stratifikasi yang menjurang.
Hal yang paling tepat untuk menghilangkan dari keindividualan manusia adalah dengan menghilangkan dari keegoisan manusia melalui hidup saling berbagi dalam ikatan social yang kolektif, menggunakan konsep pembangunan pemerataan dengan mengedepankan partisipasi penuh dari setiap anggota masyarakat, terbukanya system kekuasaan sehingga tidak adanya kelompok yang mendominasi, memberikan jalan bagi setiap masyarakat untuk memiliki akses dalam berbagai hal, adanya intervensi dari berbagai elemen masyarakat sehingga strukturisasi masyarakat dapat berfungsional, membentuk jaringan social masyarakat terpadu sehingga informasi dan akses mudah didapat, dan juga membangun kesadaran kolektif zoon politicon bahwa hidup ini selalu tergantung dengan orang lain dan menjunjung tinggi nilai norma kemasyarakatan.
Polemik yang terjadi dalam masyarakat dapat terselesaikan dengan membangun kesadaran untuk berbagi antar sesama. Marginalisasi membuat orang semakin teralienansi dari akses untuk berubah maka harus adanya keterbukaan dengan menghilangkan individual tadi melalui sense of belonging dan sense of responsibility, membangun masyarakat yang partisipatif dengan membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat itu sendiri.

1 komentar: