Selasa, 06 Desember 2011

Faktor Penyebab Autisitas Sosial

Autisitas sosial merupakan gejala di mana dia membentuk dunia sosialnya menurut dirinya sendiri, tidak ada nilai-nilai aturan dan norma yang mengaturnya. Individu itu tidak tersosialisasikan nilai-nilai dan norma dengan baik.
Arus globalisasi yang terimplikasi pada perkembangan teknologi dan informasi modern membuat dunia tanpa ruang, orang tidak perlu untuk berinteraksi face to face tetapi telah termediakan melalui modernitas komunikasi yaitu internet. Dunia tanpa ruang telah memangkas arti sebuah jarak dan waktu, sehingga dunia luas dapat terlihat melalui jendela monitor baik itu handphone, komputer ataupun laptop. Interaksi dimaknai sebagai suatu hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok, interaksi yang berkualitas hanya dapat melalui proses face to face langsung mendalam dan intens.
Pergeseran nilai dari sebuah interaksi yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi telah membuat masyarakat semakin individualistik, masyarakat semakin terasing dari lingkungan kolektifnya. Sekarang media menjadi tirani baru. Orang tekunkungkung dalam sangkar besi, berjam-jam menatap monitor, senyum sendiri dan akhirnya menjadi autis. Autisme sosial menghinggapi sekarang. Autisitas dalam hidup telah menggejala dan akhirnya jarang lagi menyapa atau berinteraksi face to face. Bertemu hanya di ruang maya setelah itu sibuk dengan dunia masing-masing. Dunia realitas yang dibuat media (facebook, twitter dan media maya lainnya) menggantikan realitas yang seharusnya.
Pergeseran nilai interaksi face to face juga terlegitimasi oleh pranata sosial yaitu keluarga, keluarga sebagai pranata sosial yang menjalankan fungsinya sebagai afeksi, proteksi, kasih sayang, dan ekonomi. Perubahan dari extended family ke nuclear family telah menghilangkan nilai sosialisasi dalam lingkungan, hilangnya peran ayah dan ibu akibat perkerjaan membuat anak-anak terasing dari lingkungannya, fungsi kasih sayang keluarga kepada anak kemudian disulap dengan kelengkapan fasilitas yaitu handphone, internet di rumah dan video game telah membuat anak-anak kehilangan kesempatan untuk bersosialisasi yang akibatnya anak menghabiskan waktu sendiri tanpa berinteraksi dengan dengan dunia lingkungannya, pada titik tertingginya anak-anak akan menjadi individualistik tidak memahami hidup berkelompok dan terinternalisasikan menjadi prilaku yang menurut pandangannya biasa, atau terciptanya dunia sosial menurut dirinya sendiri. Dan kemudian ini yang dapat disebut sebagai autisitas sosial.
Akhirnya anak-anak menciptakan dunianya sendiri tanpa harus berinteraksi langsung dengan lingkungan, akibatnya anak-anak tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, menjadi individual, hilangnya kolektifitas serta canggung menghadapi orang lain ketika interaksi face to face langsung, dan akhirnya autisitas sosial pada individu tidak dapat terelakkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar