Senin, 22 Desember 2008

uang = tuhan

Tangisan rakyat bukan lah tangisan seperti biasa tapi ini tangisan yang sangat luar biasa terjadi, sangat memilukan, sangat memperhatinkan dan sangat menyedihkan, kemiskinan dan kelaparan serta kebodohan melanda bangsa dengan kekayaan alam yang melimpah. Bangsa Indonesia dalam ambang kegagalan, disini kegagalan bangsa mencakup dalam aspek ekonomi, politik dan krisis social yang ada dalam masyarakat kita. Puncak kegagalan bangsa ini berawal dari kegagalan dalam bidang ekonomi yang berantai pada semua aspek dan bagian dalam masyarakat. Orang bisa buta dalam masalah “uang” suatu yang sangat sensitive bila kita telaah, sebagian semua orang sudah mempertuhankan uang, dimana dengan uang semua dapat terselesaikan ( The Money Can Quick Solve Problem ) bagaimana sekarang kita sebagai kaum muda mendefinisikan itu semua, dengan uang mata kita dibuat menjadi kabur dan hilang arah malahan uang itu membuat manusia sering kali melupakan mana perbuatan yang dilarang mana perbuatan yang dibenarkan, semua orang dengan uang anakpun mau membunuh ayah begitu sebaliknya.

Uang adalah alat tukar yang telah dijamin dengan emas. Tapi dengan kertas yang bernominal kita dapat menghilangkan kemanusiaan kita, sampai penjabat wakil aspirasi rakyat sampai bisa melakukan perbuatan yang dilarang UU dan haram bagi agama. Berarti uang telah menjadi sesuatu yang telah dipertuhankan dalam kehidupan kita, demi uang kita bisa melakukan kebohongan besar. Uang sudah membuat manusia menjadi tidak menjadi manusia, dengan uang manusia mau melakukan hal-hal yang tidak merupakan cerminan manusia.

Dengan perkembangan zaman yang pesat, semua sudah ditentukan dengan uang; ada uang masalah bisa damai. Tidak didalam masyarakat biasa saja, tapi para aparat penegak hukum yang berfungsi melayani dan menjaga keamanan masyarakat malahan bisa damai di tempat, Hal yang sangat ironi sekali yang tidak seharusnya terjadi pada bangsa ini. Pandangan mengenai seperti ini merupakan hal yang sangat lazim terjadi, bagaimana nanti bangsa ini maju kalau contoh yang diberikan oleh para pemimpin elit bangsa ini “generasi yang seharusnya membuktikan hal yang baik bagi regenerasinya kelak”.

Uang telah membutakan kita semua, dalam bidang peradilan yang melaksanakan konstitusi yuridis bangsa ini telah mengenal istilah KUHP (kasih uang habis perkara), sebagai contoh yang realistis adalah para pejabat jika akan diadili yang terkait dengan kasus korupsi tiba-tiba sakit dan badan peradilan pun memberikan suatu keringanan hukum dengan memberikan sejumlah uang maka habis lah perkara yang ditimpah oleh para pejabat yang korupsi, maka tidak habis pikir banyak para pejabat yang melakukan hal yang serupa karena penegakkan keadilan yang longgar karena “UANG”. Memang uang memiliki tujuan yang baik yaitu kesejahteraan tapi apakah dengan uang orang sudah hilang dengan rasa kemanusiaannya, kenapa uang itu telah menjadi segala-segalanya dalam segala hal, kenapa dengan uang, manusia itu dapat dibutakan???????

Semua manusia hanya memikirkan keuntungan atau Profit belaka, sampai-sampai berteman hanya mementingkan keuntungan. Mafia-mafia seperti itu lah yang harus diberantas sampai ke akar induknya, entah mengapa hampir semua bangsa di seluruh dunia sangat mempertuhankan uang. Uang yang telah membutakan rasa kemanusiaan. Hubungan persahabatan antara Negara selalu berkaitan dengan Backgroundnya Uang. Mungkin Uang itu telah menjadi Dajjalnya manusia. Sebenarnya tiket cepat masuk Neraka adalah Uang. tapi, Uang juga menjadi tiket masuk ke surga. Sebenarnya itu salah manusia atau uangnya, tapi tampaknya tanpa memunafikkan diri sebagai manusia realistisnya adalah manusia yang mengutamakan uang.

“Mata kalam karena Uang, Hati buta karena Uang, Rasa Sayang dibeli dengan Uang, Ada Cinta ada Uang, Dekat karena uang”. Dilematis sekali uang yang diciptakan untuk mempermudah manusia untuk mendapatkan sesuatu, malah merusak moral manusia itu sendiri. Tapi mau dikatakan apalagi semua itu memang berdasarkan uang. Kehidupan yang makin susah ini membuat manusia memang sangat bergantung dengan uang. Di dunia ini tidak ada yang gratis sampai persahabatan dan cinta itu dapat dinilai dengan uang dan harga diri manusia itu juga dapat diukur dengan uang. Apa benar Uang itu menjadi segala-segalanya. Dewan Legislatif banga ini yang duduk terhormat di bangku wakil rakyat, gara-gara uang ia pun rela mengubah fungsi Hutan lindung menjadi hutan produksi, kemana nuraninya, hutan yang menjadi Paru-paru dunia yang menompang manusia untuk tetap bernapas malah di hancurkan, akibatnya akan fatal dan tidak akan berlaku lagi uang itu jika dunia ini hancur.

Fatalnya kemanusiaan manusia ini dikarenakan bentuk manusia yang mempertuhankan uang. ini merupakan konsep dari Liberalisme, kapitalisme semua urusan dengan uang, mengapa tidak sampai untuk mendapatkan pelayanan public sampai-sampai kita harus mengeluarkan uang agar semuanya lancar. Tidak sampai disitu saja, birokrasi dalam negeri ini tidak asing lagi mendengar ada uang urusan “kelar” itu semua gambaran dalam sector layanan public saat ini. Berdasarkan pengalaman saya waktu masih mengenyam pendidikan SMA istilah UUD (ujung-ujung duit) itu tidak asing lagi dalam telinga siswa seperti saya, ketika saya ingin mengambil ijazah SMA, saya diminta biaya (PUNGLI) yang katanya untuk sumbangan, tapi dikatakan oleh oknum guru itu sumbangannya sukarela tapi minimal Rp. 50.000,-. Itu sih bukan sumbangan. Bisa dilihat warna-warni Uang sebagai tuhan, di kalangan tenaga pendidik dan instansi penting dalam mencerdaskan bangsa ini dinodai oleh hal yang demikian. Sebuah kehancuran dalam konsep civil society, pandidik yang seharusnya menanamkan konsep kejujuran dan keterbukaan tapi dicoreng dengan konteks KORUPSI. Kemana keadilan diletakkan….

Tidak halnya lagi bahaya LATEN KORUPSI yang berepidemi dalam bangsa kita memang telah berakar dalam struktur kehidupan Negara yang kita cintai ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar